Kamis, 16 Juni 2011

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN KOMPUTER
A. Pendahuluan
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, peralatan-peralatan pendukung jaringan komputer masih sangat diperlukan. Peralatan tersebut pun kini menjadi komponen penting dalam pembangunan jaringan komputer.
Router adalah salah satu komponen pada jaringan komputer yang mampu melewatkan data melalui sebuah jaringan atau internet menuju sasarannya, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Router berfungsi sebagai penghubung antar dua atu lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan kejaringan lainnya. Router sendiri berharga tinggi dan masih sulit dijangkau oleh kalangan masyarakat kita.
Router Mikrotik adalah solusi murah bagi mereka yang membutuhkan sebuah router handal dengan hanya bermodalkan standalone computer dengan sistem operasi Mikrotik. Oleh sebab itu, kelompok merasa perlu menerapkan mikrotik router ini pada tugas perancangan jaringan 4 gedung.
B. Teori
1. Mikrotik Router
MikroTik RouterOS™, merupakan sistem operasi Linux base yang diperuntukkan sebagai network router. Didesain untuk memberikan kemudahan bagi penggunanya. Administrasinya bisa dilakukan melalui Windows Application (WinBox). Selain itu instalasi dapat dilakukan pada Standard komputer PC (Personal Computer). PC yang akan dijadikan router mikrotik pun tidak memerlukan resource yang cukup besar untuk penggunaan standard, misalnya hanya sebagai gateway. Untuk keperluan beban yang besar (network yang kompleks, routing yang rumit) disarankan untuk mempertimbangkan pemilihan resource PC yang memadai.
JENIS-JENIS MIKROTIK
· MikroTik RouterOS yang berbentuk software yang dapat di-download di www.mikrotik.com. Dapat diinstal pada kompuetr rumahan (PC).
· BUILT-IN Hardware MikroTik dalam bentuk perangkat keras yang khusus dikemas dalam board router yang didalamnya sudah terinstal MikroTik RouterOS.

FITUR-FITUR YANG ADA DALAM MIKROTIK
· Address List ==> Pengelompokan IP address berdasarkan nama.
· Asynchronous ==> Mendukung serial PPP dial-in/dialout, dengan otentikasi CHAP, PAP, MSCHAPv1 dan MSCHAPv2, Radius, dial on demand, modem pool hingga 128 ports.
· Bonding ==> Mendukung dalam pengkombinasian beberapa antarmuka ethernet ke dalam 1 pipa pada koneksi yang cepat.
· Bridge ==> Mendukung fungsi bridge spanning tree, multiple bridge interface, bridge firewalling.
· Data Rate Management ==> QoS berbasis HTB dengan penggunaan busrt, PCQ, RED, SFQ, FIFO queue, CIR, MIR, limit antar peer to peer.
· DHCP ==> Mendukung DHCP tiap antar muka; DHCP relay; DHCP client, multiple network DHCP; static and dynamic DHCP leases.
· Firewall and NAT ==>Mendukung pemfilteran koneksi peer to peer, source NAT dan destination NAT. Mampu memfilter berdasarkan MAC, IP address, range port, protokol IP, pemilihan opsi protokol seperti ICMP, TCP flags dan MSS.
· Hotspot ==> Hotspot gateway dengan otentifikasi RADIUS. Mendukung limit data rate, SSL, HTTPS.
· IPSec ==> Protokol AH dan ESP untuk IPSec; MODP Diffie-Hellman groups 1, 2, 5; MD5 dan algoritma SHA1 hashing; algoritma enkripsi menggunakan DES, 3DES, AES-128, AES-129, AES-256; Perfect Forwarding Secresy (PFS) MODP groups 1, 2, 5.
· ISDN ==> Mendukung ISDN dial-in/dial out. Dengan otentikasi PAP, CHAP, MSCHAPv1 dan MSCHAPv2, Radius. Mendukung 128K bundle, Cisco HDLC, x751, x75ui, x75bui line protokol.
· M3P ==> Mikrotik Protokol Paket Packer untuk wireless links dan ethernet.
· MNDP ==> Mikrotik Discovery Neighbor Protocol, juga mendukung Cisco Discovery Protocol (CDP).
· Monitoring/Accounting ==> Laporan traffic IP, log, statistik graphs yang dapat diakses melalui HTTP.
· NTP ==> Network Time Protokol untuk server dan client; sinkronisasi menggunkan system GPS.
Point to Point Tunneling Protocol, PPTP, PPPoE dan L2TP Access Concentrators; protokol otentikasi menggunakan PAP, CHAP, MSCHAPv1, MSCHAPv2; otentikasi dan laporan RADIUs; enkripsi MPPE; kompresi untuk PpoE; Limit data rate.
· Proxy ==> Cache untuk FTP dan HTTP proxy server; HTTPS proxy; transparent proxy untuk DNS dan HTTP; mendukung protokol SOKCS; mendukung parent proxy; statik DNS.
· Routing ==>Routing statik dan dinamik; RIP v1/v2, OSPF v2, BGP v4.
· SDSL ==> Mendukung Single Line DSL; mode pemutusan jalur koneksi dan jaringan.
· Simple Tunnels ==> Tunnel IPIP dan EoIP (Ethernet over IP).
· SNMP ==>Mode akses read only.
· Synchronous ==> V.35, V.24, E1/T1, X21, DS3 (T3) media types; sync-PPP, Cisco HDLC; Frame Relay line protocol; ANSI-617d (ANDI atau annex D) dan Q933a (CCIT atau annex A); Frame Relay jenis LMI.
· Tool ==> Ping; Traceroute; bandwidth test; ping flood; telnet; SSH; packet sniffer; Dinamic DNS update.
· UpnP ==> Mendukung antar muka universal Plug and Play.
· VLAN ==> Mendukung Virtual LAN IEEE802.1q untuk jaringan ethernet dan wireless; multiple VLAN; VLAN bridging.
· VOIP ==> Mendukung aplikasi voice over IP.
· VRPP ==> Mendukung Virtual Router Redudant Protocol.
· Winbox ==> Aplikasi mode GUI untuk meremote dan mengkonfigurasi MikroTik RouterOS.


2. Radius Server
Radius server bertugas untuk menangani AAA (Authentication, Authorization, Accounting). Intinya dia bisa menangani otentikasi user, otorisasi untuk servis2, dan penghitungan nilai servis yang digunakan user.
Radius server bisa dibedakan menjadi dua :
- internal mikrotik
- eksternal
Hotspot bisa menggunakan internal radius mikrotik, bisa juga menggunakan eksternal. Jika tidak bisa mengautentikasi pada lokal database mikrotik, jika telah dispesifikasikan, maka hotspot mikrotik bisa mencari pada radius eksternal.
User Manager, bisa digunakan untuk mengatur :
a. Hotspot
Hotspot pada saat connect ke radius dispesifikasikan sebagai sebuah tools (biasanya berupa router) sehingga bisa connect ke server radius tanpa menspesifikasikan dirinya sebagai user.
b. User
adalah user yang kita buat baik pada lokal database mikrotik melalui user manager sendiri, atau pada radius eksternal.
Akan tetapi jika mau lebih reliable maka sebaiknya radiusnya dipisah alias beda host. karena bisa dibuat satu database user, bisa dibuat roaming, dari mikrotik lain bisa login dan banyak lagi kelebihannya.
3. DHCP
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.
Cara Kerja
Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.
* DHCP server merupakan sebuah mesin yang menjalankan layanan yang dapat "menyewakan" alamat IP dan informasi TCP/IP lainnya kepada semua klien yang memintanya. Beberapa sistem operasi jaringan seperti Windows NT Server, Windows 2000 Server, Windows Server 2003, atau GNU/Linux memiliki layanan seperti ini.
* DHCP client merupakan mesin klien yang menjalankan perangkat lunak klien DHCP yang memungkinkan mereka untuk dapat berkomunikasi dengan DHCP Server. Sebagian besar sistem operasi klien jaringan (Windows NT Workstation, Windows 2000 Professional, Windows XP, Windows Vista, atau GNU/Linux) memiliki perangkat lunak seperti ini.
DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien kemudian akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan meminta kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.
DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan "penyewaan" alamat IP dari sebuah DHCP server dalam proses empat langkah berikut (DHCP relay):
a. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk mencari DHCP Server yang aktif.
b. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
c. DHCPREQUEST: Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
d. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai proses binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.
Empat tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat prosesnya.
Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat menjadi masalah jika konfigurasi antara dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama.
Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.
Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.
C. Pembahasan
a. Perancangan Jaringan 4 Gedung (Gambaran Umum)
User Manager – Radius Server, jaringan dibawah ini terdiri dari 4 gedung, yang mana menggunakan 5 Router dan 4 swicth utama 24 port tiap gedung, sbb;

Dari gambar dapat dijelaskan bahwa pada 5 router tadi digunakan 1 router sebagai Master Mikrotik Router dengan user manager 192.168.1.1/24, dengan pengaturan Mikrotik routernya memiliki 2 interface yaitu:
· Interface (public/ether 1)
Interface public ini berfungsi sebagai penghubung jaringan local ke internet, yang memiliki IPaddress yang berada pada class yang sama dengan internet. Seperti pada gambar kami menggunakan Gateway ke internetnya dengan IPaddress: 192.168.189.1/24 , maka untuk interface publicnya kami mengatur IPaddressnya : 192.168.189.200/24.
· Interface (local/ether2)
Interface local ini berfungsi sebagai penghubung jaringan local ke mikrotik router yang kemudian diteruskan pada interface public. Kami menggunakan IPadress localnya: 192.168.1.1/24.
Selanjutnya diberi pengaturan IPAddress selanjutnya pada keempat router, dengan R1: 192.168.1.2/24, R2: 192.168.1.3/24, R3: 192.168.1.4/24, R4: 192.168.1.2/24. Kemudian member pengaturan implementasi IPAddress apa yang digunakan pada masing-masing gedung, dengan G1: 10.10.10.1/24, G2: 20.20.20.1/24, G3: 30.30.30.1/24, G4: 40.40.40.1/24.
a. Perancangan Jaringan 4 Gedung Perlantai (Gambaran Khusus)
Pengaturan Subnetmask Pergedung:
1. Gedung 1:
Di gedung 1 ini terdiri dari 4 lantai dan tiap lantai terdiri dari 40 komputer jadi total computer dalam 1 gedung adalah 160 komputer. Disini kami memakai kelas C.
Subnetting:
Dengan Default netmask = 255.255.255.0
Binary dari netmask di atas adalah:
11111111. 11111111. 11111111. 00000000
ü Untuk mendapatkan rentangan IP pada 1 gedung yang terdiri dari 4 lantai, dengan 40 komputer per lantai (), maka dicari dengan cara:
2n => 40+2
26 => 42
64 => 42
ü Maka netmasknya:
11111111. 11111111. 11111111. 11000000 = 255.255.255.192
ü Dengan rentangan 64 perlantai Maka untuk mencari rentangan IP address adalah:
· Untuk lantai 1: 10.10.10.0 - 10.10.10.63
· Untuk lantai 2: 10.10.10.64 - 10.10.10.127
· Untuk lantai 3: 10.10.10.128 - 10.10.10.191
· Untuk lantai 4: 10.10.10.192 - 10.10.10.255
* Keterangan: untuk ip awal dan ip akhir tidak dipakai karena diperuntukan untuk net id dan broadcast.
ü Jadi ip yang bisa dipakai adalah:
· Untuk lantai 1: 10.10.10.1 - 10.10.10.62
· Untuk lantai 2: 10.10.10.65 - 10.10.10.126
· Untuk lantai 3: 10.10.10.129 - 10.10.10.190
· Untuk lantai 4: 10.10.10.193 - 10.10.10.254
ü Karena kami menggunakan hanya 40 komputer maka rentangan ip yang kami gunakan adalah:
· Untuk lantai 1: 10.10.10.1 - 10.10.10.40
· Untuk lantai 2: 10.10.10.65 - 10.10.10.104
· Untuk lantai 3: 10.10.10.129 - 10.10.10.168
· Untuk lantai 4: 10.10.10.193 - 10.10.10.232

2. Gedung 2:
Di gedung 2 ini juga terdiri dari 4 lantai dan tiap lantai terdiri dari 40 komputer jadi total computer dalam 1 gedung adalah 160 komputer. Disini kami juga memakai kelas C.
Subnetting: (Sama halnya dengan Gedung 1).
Dengan rentangan 64 perlantai Maka untuk mencari rentangan IP address adalah:
· Untuk lantai 1: 20.20.20.0 - 20.20.20.63
· Untuk lantai 2: 20.20.20.64 - 20.20.20.127
· Untuk lantai 3: 20.20.20.128 - 20.20.20.191
· Untuk lantai 4: 20.20.20.192 - 20.20.20.255
* Keterangan: untuk ip awal dan ip akhir tidak dipakai karena diperuntukan untuk net id dan broadcast.
ü Jadi ip yang bisa dipakai adalah:
· Untuk lantai 1: 20.20.20.1 - 20.20.20.62
· Untuk lantai 2: 20.20.20.65 - 20.20.20.126
· Untuk lantai 3: 20.20.20.129 - 20.20.20.190
· Untuk lantai 4: 20.20.20.193 - 20.20.20.254
ü Karena kami menggunakan hanya 40 komputer maka rentangan ip yang kami gunakan adalah:
· Untuk lantai 1: 20.20.20.1 - 20.20.20.40
· Untuk lantai 2: 20.20.20.65 - 20.20.20.104
· Untuk lantai 3: 20.20.20.129 - 20.20.20.168
· Untuk lantai 4: 20.20.20.193 - 20.20.20.232



3. Gedung 3:
Di gedung 3 ini juga terdiri dari 4 lantai dan tiap lantai terdiri dari 40 komputer jadi total computer dalam 1 gedung adalah 160 komputer. Disini kami juga memakai kelas C.
Subnetting: (Sama halnya dengan Gedung 1).
Dengan rentangan 64 perlantai Maka untuk mencari rentangan IP address adalah:
· Untuk lantai 1: 30.30.30.0 - 30.30.30.63
· Untuk lantai 2: 30.30.30.64 - 30.30.30.127
· Untuk lantai 3: 30.30.30.128 - 30.30.30.191
· Untuk lantai 4: 30.30.30.192 - 30.30.30.255
* Keterangan: untuk ip awal dan ip akhir tidak dipakai karena diperuntukan untuk net id dan broadcast.
ü Jadi ip yang bisa dipakai adalah:
· Untuk lantai 1: 30.30.30.1 - 30.30.30.62
· Untuk lantai 2: 30.30.30.65 - 30.30.30.326
· Untuk lantai 3: 30.30.30.129 - 30.30.30.190
· Untuk lantai 4: 30.30.30.193 - 30.30.30.254
ü Karena kami menggunakan hanya 40 komputer maka rentangan ip yang kami gunakan adalah:
· Untuk lantai 1: 30.30.30.1 - 30.30.30.40
· Untuk lantai 2: 30.30.30.65 - 30.30.30.104
· Untuk lantai 3: 30.30.30.129 - 30.30.30.168
· Untuk lantai 4: 30.30.30.193 - 30.30.30.232




4. Gedung 4:
Di gedung 4 ini juga masih terdiri dari 4 lantai dan tiap lantai terdiri dari 40 komputer jadi total computer dalam 1 gedung adalah 160 komputer. Disini kami juga memakai kelas C.
Subnetting: (Sama halnya dengan Gedung 1).
ü Dengan rentangan 64 perlantai Maka untuk mencari rentangan IP address adalah:
· Untuk lantai 1: 40.40.40.0 - 40.40.40.63
· Untuk lantai 2: 40.40.40.64 - 40.40.40.127
· Untuk lantai 3: 40.40.40.128 - 40.40.40.191
· Untuk lantai 4: 40.40.40.192 - 40.40.40.255
* Keterangan: untuk ip awal dan ip akhir tidak dipakai karena diperuntukan untuk net id dan broadcast.
ü Jadi ip yang bisa dipakai adalah:
· Untuk lantai 1: 40.40.40.1 - 40.40.40.62
· Untuk lantai 2: 40.40.40.65 - 40.40.40.126
· Untuk lantai 3: 40.40.40.129 - 40.40.40.190
· Untuk lantai 4: 40.40.40.193 - 40.40.40.254
ü Karena kami menggunakan hanya 40 komputer maka rentangan ip yang kami gunakan adalah:
· Untuk lantai 1: 40.40.40.1 - 40.40.40.40
· Untuk lantai 2: 40.40.40.65 - 40.40.40.104
· Untuk lantai 3: 40.40.40.129 - 40.40.40.168
· Untuk lantai 4: 40.40.40.193 - 40.40.40..232
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada gambar berikut;




A. Kesimpulan
MikroTik RouterOS™, merupakan sistem operasi Linux base yang diperuntukkan sebagai network router. Didesain untuk memberikan kemudahan bagi penggunanya. Administrasinya bisa dilakukan melalui Windows Application (WinBox). Selain itu instalasi dapat dilakukan pada Standard komputer PC (Personal Computer). PC yang akan dijadikan router mikrotik pun tidak memerlukan resource yang cukup besar untuk penggunaan standard, misalnya hanya sebagai gateway.
Dengan Router Mikrotik dapat menguntungkan bagi mereka yang membutuhkan sebuah router handal dengan hanya bermodalkan standalone computer dengan sistem operasi Mikrotik, begitu juga mendapatkan keuntungan dari segi biaya.
B. Referensi
· http://maone032.wordpress.com/2008/07/22/radius-server-mikrotik/
· http://blog.smkn22-jkt.sch.id/raka/2010/08/09/all-about-mikrotik/
· http://p3m.amikom.ac.id/p3m/62%20-%20IMPLEMENTASI%20MIKROTIK%20SEBAGAI%20SOLUSI%20ROUTER.pdf
· http://118.98.201.43/ebook/manual-MIKROTIK/PDF/DHCP-mikrotik.pdf
· http://www.unsri.ac.id/upload/arsip/KAJIAN%20PENGGUNAAN%20MIKROTIK%20OS%20SEBAGAI%20ROUTER.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar